Arek Bonek 1927 Vs. Pemkot Surabaya

 


Jika hastag Arek Bonek 1927 sudah hilir mudik di ragam linimasa, suatu pertanda, Persebaya sedang tidak baik-baik saja. Seolah sirine pergerakan senyap untuk satu letupan besar. 


Kehadiran Arek Bonek 1927 atau biasa disingkat AB1927 merupakan pantulan terhadap ketidakadilan. Sejak dualisme Persebaya tahun 2010, AB1927 muncul kepermukaan bukan sebagai kelompok/komunitas secara eksplisit. Hanya kumpulan individu dari kampung ke kampung untuk menyelaraskan kegelisahan mereka. Dari kata "Arek" simbol asal karakter dan "Bonek" sifat masyarakat Jawa bagian timur, serta penambahan angka "1927", jelas, kepada siapa mereka akan berpihak, terhadap klub sepakbola kebanggaan Kota Pahlawan. Berakar dari mobilitas merebut hingga membentengi identitas Persebaya sampai detik ini, AB1927 tak kan gentar melawan siapapun dengan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Namun, saat ini (dan berulang kembali) tak hentinya Persebaya berjumpa perkara dengan Pemerintah Kota Surabaya. Kasus, dimana awal mula AB1927 menjaga pertahanan sebagai tempat terakhir simbol mereka atas dualisme Persebaya. Karanggayam. Satu esensi kesatuan antara Stadion Gelora 10 November & Wisma Persebaya. Suatu tempat syarat akan sejarah, legenda, perjuangan, prestasi, & impian pemuda untuk berseragam tim berjuluk Bajol Ijo.


Pada hakikatnya kasus ini berakhir setelah putusan pengadilan perihal status Wisma Persebaya sah milik Persebaya. Hasrat pengajuan kasasi Pemkot Surabaya atas sengketa kepemilikan Wisma Persebaya disampaikan Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan & Tanah (DPBT) Surabaya saat rapat dengar pendapat di Komisi A, meski mereka belum memiliki rencana pengembangan di area tersebut. Berlainan langkah Plt Walikota Surabaya, menginginkan Persebaya mencabut tuntutannya di pengadilan, agar kasus lekas terselesaikan. Melalui kuasa hukum Persebaya, Yusron Marzuki, mempertanyakan keseriusan dan kesungguhan langkah perdamaian tersebut yang boleh dibilang terlambat. Yusron mengajak semua pihak untuk menghormati proses hukum berlangsung di Mahkamah Agung. Langkah itu lebih bijak dibanding membuat skema-skema di luar pengadilan. "Itu yang paling bijak. Karena putusan pengadilan erga omnes dan res judicata pro veritate habetur. Yakni semua keputusan pengadilan wajib diikuti karena itu dianggap benar", ucap Yusron.


Berlainan lintasan dengan Manajemen Persebaya,  AB1927, memilih lajur sendiri. Dialek jalanan sebagai bahasa suporter. Serupa mengawal persidangan, menyebarkan brosur perlawanan, hingga aksi vandalisme di seluruh sudut Kota Pahlawan (meski beberapa dihapus oleh Satpol PP). Tingkah Pemkot Surabaya ini seolah tidak satu asa dengan warganya. Ditambah informasi tentang adanya kabar larangan Pemkot Surabaya bahwa izin homebase Persebaya di Surabaya tidak disetujui, membuat Bonek semakin geram. Melalui beberapa pentolan perwakilan tribun, AB1927 siap turun jalan (lagi). Menelurkan beberapa poin tuntutannya terhadap Pemkot Surabaya, diantaranya:

  • Persebaya dapat menggunakan Stadion GBT untuk pertandingan dan Gelora 10 Nopember serta 3 (tiga) Lapangan Madya di kompleks Gelora Bung Tomo untuk latihan.
  • Sewa lapangan mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. 
  • Persebaya sebagai tim asal Surabaya dapat prioritas dalam penggunaan Stadion GBT, Gelora 10 Nopember.
  • Akan diadakan pertemuan rutin 2 bulanan antara Wali Kota Surabaya, Kapolrestabes Surabaya, Presiden Persebaya dan Bonek.
  • Persebaya memprioritaskan pemain asli asal Surabaya dalam rekrutmen pemain sesuai dengan skill dan kemampuan. 
  • Persebaya harus bisa mencetak pemain asli dari produk Surabaya.
  • Pihak Persebaya wajib mengganti kerusakan stadion apabila terjadi kerusakan dalam jangka waktu yang tertuang dalam kontrak.

Syukurlah, sebelum aksi digelar, Pemkot Surabaya merespon aspirasi AB1927. Mediasi bersama dilakukan Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dispora Surabaya (Edi Santoso), perwakilan Manajemen Persebaya, perwakilan Bonek, & Kapolrestabes Surabaya. Resume berisi tujuh poin itu sendiri telah ditanda tangani dan disepakati oleh pihak-pihak terkait yang hadir di dalam pertemuan. Menyinggung aksi turun ke jalan yang rencananya bakal diselenggarakan pun urung dilangsungkan. A luta continua!

Foto: Indosport